Waktu-waktu Keterkabulan Do’a
Jika doa yang dipanjatkan itu menghimpun kehadiran hati seutuhnya terhadap apa yang diminta, dan juga bertepatan dengan salah satu di antara enam waktu mustajab, yaitu pada sepertiga akhir malam, saat adzan dikumandangkan, waktu antara adzan dan iqamah, setiap kali usai menunaikan shalat fardhu, ketika imam naik mimbar pada hari Jumat sampai dilaksanakannya shalat Jumat pada hari itu, dan pada saat terakhir setelah asar maka doa seperti ini kemungkinan besar dikabulkan. Demikian juga jika disertai dengan kekhusyukan di dalam hati, kerendahan diri, dan kepasrahan diri di hadapan Allah Azza Wa Jalla. Apalagi jika orang yang memanjatkan doa itu melakukannya dengan menghadap kiblat, dalam keadaan suci dari hadas, mengangkat kedua tangan kepada Allah Azza Wa Jalla, memulai dengan pujian dan sanjungan kepada Allah Azza Wa Jalla, serta dilanjutkan dengan bacaan shalawat kepada Rasulullah ﷺ sebagai hamba dan utusan-Nya. Kemudian ia bertaubat dan beristighfar sebelum mengajukan keperluannya, baru kemudian meminta kepada Allah Azza Wa Jalla dan merengek ketika memohon kepada-Nya sambil terus memberikan sanjungan memohon dengan penuh harap dan cemas, bertawasul kepada-Nya dengan menggunakan nama-nama dan sifat-sifat-Nya serta mentauhidkan-Nya, dan juga bersedekah sebelum berdoa. Doa yang demikian ini bisa dikatakan hampir tidak akan ditolak, lebih-lebih jika doa- doa yang dipanjatkan itu adalah lafal doa-doa yang dikatakan oleh Nabi ﷺ sebagai doa yang kemungkinan besar dikabulkan, karena kalimatnya berisikan nama Allah Azza Wa Jalla yang paling agung.
Di antara (jenis doa-doa yang berisi nama Allah Azza Wa Jalla yang paling agung itu) sebagaimana yang disebutkan dalam kitab As-Sunan dan Shahih Ibni Hiban, yang berasal dari hadits Abdullah bin Buraidah dari ayahnya bahwa Rasulullah ﷺ pernah mendengar seseorang berdoa dengan mengucapkan.
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ أَنِّي أَشْهَدُ أَنَّكَ أَنْتَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ الْأَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ.
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dengan bersaksi bahwa Engkau adalah Allah, tidak ada sembahan yang benar kecuali Engkau Yang Tunggal dan menjadi tempat bersandar, yang tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, serta tidak ada seorang pun yang setara dengan-Nya.”
Setelah mendengar doa di atas, beliau bersabda, “Orang itu telah meminta dengan menggunakan nama yang jika digunakan untuk meminta, pasti Allah akan memberi, dan jika digunakan untuk berdoa, pasti Allah akan akan mengabulkan.”¹
Sebagaimana hadits Nabi ﷺ :
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ مَالِكِ بْنِ مِغْوَلٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَمِعَ رَجُلًا يَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ أَنِّي أَشْهَدُ أَنَّكَ أَنْتَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ الْأَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ فَقَالَ لَقَدْ سَأَلْتَ اللَّهَ بِالِاسْمِ الَّذِي إِذَا سُئِلَ بِهِ أَعْطَى وَإِذَا دُعِيَ بِهِ أَجَابَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ خَالِدٍ الرَّقِّيِّ حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ حُبَابٍ حَدَّثَنَا مَالِكُ بْنُ مِغْوَلٍ بِهَذَا الْحَدِيثِ قَالَ فِيهِ لَقَدْ سَأَلْتَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ بِاسْمِهِ الْأَعْظَمِ.
Telah menceritakan kepada Kami Musaddad, telah menceritakan kepada Kami Yahya dari Malik bin Mighwal, telah menceritakan kepada Kami Abdullah bin Buraidah dari ayahnya bahwa Rasulullah ﷺ mendengar seorang laki-laki mengucapkan; ALLAAHUMMA INNII AS-ALUKA ANNII ASYHADU ANNAKA ANTALLAAHU LAA ILAAHA ILLAA ANTA Al AHAD, ASH SHAMAD ALLADZII LAM YALID WA LAM YUULAD WA LAM YAKUN LAHU KUFUWAN AHAD (ya Allah sesungguhnya aku meminta kepada-Mu dengan bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau Dzat Yang Maha Esa dan tempat bergantung Yang tidak beranak dan tidak diperanakkan dan tidak ada seorang pun yang menandingi-Nya). Kemudian beliau berkata, “Sunngguh engkau telah meminta kepada Allah dengan perantara nama yang apabila Dia diminta dengannya pasti Dia akan mengabulkan.” Telah menceritakan kepada Kami Abdurrahman bin Khalid Ar Raqqi, telah menceritakan kepada Kami Zaid bin Hubbab, telah menceritakan kepada Kami kepada Kami Malik bin Mighwal dengan hadits ini dan padanya beliau bersabda, “Sungguh engkau telah meminta kepada Allah dengan nama-Nya yang agung.” (HR. Abu Daud No. 1276, Tirmidzi No. 3397, Ibnu Majah No. 3847, Ahmad No. 21887, 21963 )
Dalam riwayat lain disebutkan dengan lafal. “Engkau telah meminta kepada Allah Azza Wa Jalla dengan menggunakan nama-Nya yang paling agung.”
Dalam kitab As-Sunan dan Shahih Ibni Hiban disebutkan hadits yang berasal dari Anas bin Malik bahwa ia pernah duduk bersama Rasulullah ﷺ sedangkan di situ terdapat seorang lelaki yang mengerjakan shalat kemudian berdoa :
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِأَنَّ لَكَ الْحَمْدُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ الْمَنَّانُ بَدِيعُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ.
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu, segala puji hanya milik-Mu Tidak ada sembahan yang benar selain Engkau, Maha Penganugerah, Pencipta langit dan bumi, wahai Dzat Pemilik keagungan dan kemuliaan, wahai Dzat Yang Mahahidup dan Mahamandiri.”
Sebagaimana dalam riwayat hadits Nabi ﷺ bersabda :
حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ الْحَلَبِيُّ حَدَّثَنَا خَلَفُ بْنُ خَلِيفَةَ عَنْ حَفْصٍ يَعْنِي ابْنَ أَخِي أَنَسٍ عَنْ أَنَسٍ أَنَّهُ كَانَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَالِسًا وَرَجُلٌ يُصَلِّي ثُمَّ دَعَا اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِأَنَّ لَكَ الْحَمْدُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ الْمَنَّانُ بَدِيعُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقَدْ دَعَا اللَّهَ بِاسْمِهِ الْعَظِيمِ الَّذِي إِذَا دُعِيَ بِهِ أَجَابَ وَإِذَا سُئِلَ بِهِ أَعْطَى.
Telah menceritakan kepada Kami Abdurrahman bin ‘Ubaidullah Al Halabi, telah menceritakan kepada Kami Khalaf bin Khalifah dari Hafsh, yaitu anak dari saudara Anas dari Anas, bahwa ia pernah duduk bersama Rasulullah ﷺ, sementara ada seseorang yang sedang mengerjakan salat, kemudian ia berdoa; ALLAAHUMMA INNII AS-ALUKA BI ANNA LAKAL HAMDU LAA ILAAHA ILLAA ANTAL MANNAAN, BADII’US SAMAAWAATI WAL ARDL, YAA DZAL JALAALI WAL IKRAAM, YAA HAYYU YAA QAYYUUM (Ya Allah, aku memohon kepada-Mu bahwa bagi-Mu segala pujian, tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Maha Pemberi, Pencipta langit dan bumi. Wahai Dzat yang memiliki keagungan, serta kemuliaan. Wahai Dzat yang Mahahidup, lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya). Kemudian Nabi ﷺ bersabda, “Sungguh ia telah berdoa kepada Allah dengan nama-Nya yang agung, yang apabila dipanjatkan doa kepada-Nya dengan nama tersebut, maka Dia akan mengabulkannya, dan apabila Dia diminta dengan nama tersebut, maka Dia akan memberinya.”
(HR. Abu Daud No. 1277)
Selanjutnya Rasulullah ﷺ bersabda, “Ia telah berdoa kepada Allah Azza Wa Jalla dengan menggunakan nama-Nya yang agung, yang jika digunakan untuk berdoa, Allah Azza Wa Jalla pasti akan mengabulkan, dan jika digunakan untuk meminta, Allah Azza Wa Jalla pasti akan memberi.” Kedua hadits di atas juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya.”²
Dalam Jami’ut Tirmidzi disebutkan riwayat dari Asma’ binti Yazid bahwa Nabi ﷺ bersabda, “Nama Allah Azza Wa Jalla yang paling agung terdapat pada dua ayat berikut ini:
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
وَاِ لٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّا حِدٌ ۚ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ الرَّحْمٰنُ الرَّحِيْمُ. (١٦٣)
“Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.”
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 163)
Dan, satu lagi yang terdapat di awal surat Ali ‘Imran:
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
الٓمّٓ. (١) اللّٰهُ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ ۙ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ. (٢)
“Alif Lam Mim. Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Maha Hidup, Yang terus-menerus mengurus (makhluk-Nya).”
(QS. Ali ‘Imran 3: 1 – 2)
Tirmidzi menyatakan bahwa hadits ini hasan shahih.”³
Dalam Musnad Ahmad dan Shahih Hakim disebutkan riwayat dari Abu Hurairah, Anas bin Malik, dan Rabi’ah bin Amir dari Nabi ﷺ bahwa beliau Rasulullah ﷺ bersabda : “Pegangilah kalimat :
يَا ذَا الْجَلالِ وَالْإِكْرَامِ.
“Wahai Dzat Pemilik keagungan dan kemuliaan.”⁴
Maksudnya: Gunakanlah selalu kalimat tersebut ketika berdoa.
Dalam Jami’ut Tirmidzi disebutkan riwayat dari Abu Hurairah bahwa Nabi ﷺ jika dibuat sedih oleh suatu masalah, beliau Rasulullah ﷺ mengangkat kepala ke langit (berdoa). Dan jika beliau ﷺ lebih bersungguh-sungguh lagi dalam memanjatkan doa maka beliau ﷺ mengucapkan :
يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ.
“Wahai Dzat Yang Mahahidup, wahai Dzat Yang Mahamandiri.”⁵
Dalam riwayat lainnya yang hampir serupa, yang diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa ia berkata, “Nabi ﷺ jika dilanda suatu kesusahan mengucapkan :
يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيثُ.
“Wahai Dzat Yang Mahahidup, wahai Dzat Yang Mahamandiri. Dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan.”⁶
Dalam Shahihul Hâkim disebutkan riwayat dari Abu Umamah dari Nabi ﷺ bahwa beliau ﷺ bersabda, “Nama Allah Azza Wa Jalla yang paling agung itu terdapat dalam tiga surat dalam Al-Qur’an, Yaitu dalam surat Al-Baqarah, Ali Imran, dan Thaha.” Al-Qasim mengatakan, “Lantas aku cari ketiganya, dan ternyata ayat itu adalah: الحَيُّ يَا قَيُّومُ
Yang Mahahidup lagi Mahamandiri).”⁷
Dalam Jamiut Tirmidzi dan Shaliful Hakim disebutkan riwayat dari Sa’ad bin Abi Waqash dari Nabi ﷺ bahwa beliau ﷺ bersabda. “Doa Dzun Nun (Yunus) ketika ia memohon kepada Rabbnya pada saat ia berada di perut ikan paus adalah:
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَ ذَا النُّوْنِ اِذْ ذَّهَبَ مُغَا ضِبًا فَظَنَّ اَنْ لَّنْ نَّـقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَا دٰى فِى الظُّلُمٰتِ اَنْ لَّاۤ اِلٰهَ اِلَّاۤ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ. (٨٧)
“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap, “Tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.”(QS. Al-Anbiya 21: Ayat 87)
Nabi ﷺ melanjutkan, “Sesungguhnya tidaklah seorang muslim memanjatkan doa berkenaan dengan sesuatu pun melainkan Allah Azza Wa Jalla akan berkenan mengabulkan permintaannnya. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini shahih.”⁸
Dalam Shahibul Hakim disebutkan riwayat dari Sa’ad bin Abi Waqash juga
Dari Nabi ﷺ bahwa beliau bersabda, “Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang sesuatu yang jika salah seorang dari kalian tertimpa suatu kesulitan (hal yang menyedihkan) maka dengan itu Allah Azza Wa Jalla berkenan membukakan jalan keluar darinya ? Yaitu doa yang dahulu dipanjatkan Dzun Nun.”⁹
Masih dalam Shahibul Hakim, disebutkan pula riwayat hadits dari Sa’ad bin Abi Waqash bahwa ia mendengar Nabi ﷺ bersabda, “Apakah kalian sudi jika aku tunjukkan nama Allah Azza Wa Jalla yang paling agung ? Yaitu doa Nabi Yunus.” Seseorang bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah doa itu hanya khusus bagi Nabi Yunus ?” Beliau Rasulullah ﷺ menjawab, “Tidakkah engkau dengar (baik-baik) firman Allah: Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
فَا سْتَجَبْنَا لَهٗ ۙ وَنَجَّيْنٰهُ مِنَ الْـغَمِّ ۗ وَكَذٰلِكَ نُـنْجِى الْمُؤْمِنِيْنَ. (٨٨)
“Maka Kami kabulkan (doa)nya dan Kami selamatkan dia dari kedukaan. Dan demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman.”
(QS. Al-Anbiya 21: Ayat 88)
Dalam Shahihain disebutkan riwayat dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah ﷺ ketika sedang menghadapi kesulitan selalu berdoa:
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ الْعَظِيمُ الْحَلِيمُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ.
” Bahwasanya Rasulullah ﷺ senantiasa berdoa saat dalam kesulitan, beliau mengucapkan, “LAA ILAAHA ILLALLAAHUL ‘AZHIIMUL HALIIM, LAA ILAAHA ILLALLAAHU RABBUL ‘ARSYIL ‘AZHIIM, LAA ILAAHA ILLALLAAHU RABBUS SAMAAWAATI WA RABBUL ARDLI WA RABBUL ‘ARSYIL KARIIM (Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah Yang Mahaagung dan Maha Penyantun. Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah, Tuhan Penguasa arasy yang agung. Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah, Tuhan langit dan bumi serta Tuhan arasy yang mulia).”(HR. Bukhari No. 5870 )¹⁰
Dalam Musnad Imam Ahmad disebutkan riwayat dari Ali bin Abi Thalib bahwa ia berkata, “Rasulullah ﷺ mengajarkan kepadaku agar mengucapkan kalimat ini ketika kesulitan menimpaku:
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ الْحَلِيمُ الْكَرِيمُ سُبْحَانَ اللَّهِ وَتَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.
“Rasulullah ﷺ mengajariku (doa) apabila aku sedang dirundung kesulitan agar aku membaca, “LAA ILAAHA ILLALLAAHUL HALIIMUL KARIIM SUBHANALLAAHI WATABAARAKALLAAHU RABBUL ‘ARSYIL ADZIIM WALHAMDULILLAAHIRABBIL ‘AALAMIIN (Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah yang Mahalembut lagi Maha Pemurah, Mahasuci Allah pemberi berkah Rabb pemilik Arsy yang Mahaagung, dan segala puji bagi Allah Rabb semesta alam).” (HR. Ahmad No. 663)¹¹
Ada sebuah kisah unik yang disebutkan oleh Ibnu Abidunya dalam kitab Al- Mujabün fid Dua’ (Orang-orang yang Doanya Dikabulkan) yang dibawakan oleh Hasan bahwa ia menceritakan: Ada salah seorang sahabat Nabi ﷺ dari kalangan Anshar yang biasa dijuluki Abu Mu’laq. la seorang saudagar yang biasa memperdagangkan
komoditas milik sendiri maupun milik orang lain. Ia berdagang ke berbagai penjuru negeri. Namun ia dikenal sebagai seorang ahli ibadah dan seorang yang wara Suatu ketika, ia keluar untuk berdagang lalu dihadang oleh seorang perampok bersenjata Perampok itu berkata kepadanya, “Letakkah semua harta yang kamu bawa ! Aku akan membunuhmu !” la bertanya, “Apa sebenarnya yang kamu inginkan dari darahku ? Bukankah urusanmu hanyalah harta ?” Perampok itu menjawab, “Soal harta, itu sudah pasti akan menjadi milikku. Namun aku juga menginginkan darahmu. Ia pun berkata, “Kalau memang itu yang kamu inginkan, biarkan aku mengerjakan shalat empat rakaat terlebih dahulu” Perampok itu menjawab, “Silakan ! Lakukan apa yang kamu inginkan !” la pun segera berwudhu kemudian mengerjakan shalat empat rakaat Pada terakhir, ia memanjatkan doa-di antaranya. “Wahai Dzat Yang Maha Pengasih (2x), wahai Pemilik singgasana yang mulia, wahai Dzat Yang melakukan apa saja yang Engkau inginkan. Aku memohon kepada-Mu dengan keperkasaan-Mu yang tidak bisa dikalahkan, dengan kerajaan Mu yang tidak bisa ditandingi, dengan cahaya-Mu yang memenuhi pilar pilar singgasana-Mu, agar kiranya Engkau sudi melindungiku dari kejahatan perampok ini. Wahai Dzat Yang Maha Penolong, tolonglah aku.” (3x). Tiba-tiba seorang penunggang kuda datang dengan memegang tombak yang terhunus tepat di antara kedua telinga kuda tunggangannya Ketika ia melihat perampok itu, ia segera menuju ke arahnya, lalu menusuknya dengan tombak sehingga berhasil membunuhnya. Setelah itu penunggang kuda mendatangi saudagar itu dan berkata, “Bangkitlah !” Ia pun bertanya kepadanya. “Siapakah gerangan engkau ini ? Aku tebus engkau dengan ayah dan ibuku. Hari ini Allah Azza Wa Jalla telah menolongku melalui dirimu” la menjawab, “Aku adalah seorang malaikat dari langit keempat. Tatkala engkau memanjatkan doamu kali pertama, aku mendengar suara gemerincing di pintu-pintu langit. Kemudian ketika engkau panjatkan doa yang kedua kalinya, lantas aku dengar suara gaduh para penghuni langit. Kemudian ketika engkau panjatkan doamu yang ketiga kalinya maka dikatakan kepadaku. Itu adalah doa orang yang sedang kesulitan Maka aku pun memohon kepada Rabb-ku agar memberikan mandat kepadaku untuk membunuhnya.
Selanjutnya Hasan berkata, “Barang siapa yang berwudhu lantas mengerjakan shalat empat rakaat dan memanjatkan doa ini maka permohonannya akan dikabulkan entah ia sedang dalam kesulitan atau pun tidak.
Diriwayatkan Oleh :
1. Hadits shahih. Diriwayatkan oleh Abu Daud No. 1276, Tirmidzi No. 3397, Ibnu Majah No 3847, dan Ahmad No. 21887, yang berasal dari hadits Abdullah bin Buraidah dari ayahnya. Syaikh Albani menyatakan shahih. Lihat At-Targhib wat Tarhib (1640).
2. Hadits shahih. Diriwayatkan oleh Abu Daud No. 1277, Tirmidzi No. 3467, An-Nasa’i No. 1283, Ibnu Majah No. 3848, dan Ahmad No. 12150 dari hadits Anas bin Malik. Syaikh Albani menyatakan bahwa hadits ini shahih.Lihat Shahih Abl Daud (1341).
3. Hadits hasan Diriwayatkan Abu Daud No. 1278, Tirmidzi No. 3400, Ibnu Majah No. 3845,dari hadits Asma’ bint Yazid. Syaikh Albani menyatakan bahwa hadits ini hasan. Uhat Shabbul Jam (980) dan Shahih Abl Daud (1343).
4. Hadits shahih Diriwayatkan oleh Bukhari dalam At-Tarikhul Kabir (862), dan Hakim (1836) dari Rabiah bin Amit. Sedangkan Tirmidzi No. 3448, Abu Daud No. 1277, Nasa’i No. 1283, Ahmad No. 12150, meriwayatkan dari Anas bin Malik, dan Hakim dalam Al- Mustadrak (1837) meriwayatkan dari Abu Hurairah. Syaikh Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Shoul Admi” (1250) dan As Sisilah Ash-Shobhan (1536).
5. Hadits dha’t Diriwayatkan oleh Tirmidzi No. 3448, dari hadits Abu Hurairah. Abu Daud No. 1277, Syaikh Albani mengatakan dhaif Lihat Dhauf Jam (4356) dan As-Silsilah Adh-Dhaifah (6345).
6. Hadits hasan. Diriwayatkan No. Tirmidzi 3446, dan Ibnus Sunni dalam Amalul Youmi wal-Lailati (336) dari hadits Abu Hurairah. Syaikh Albani mengatakan hasan. Lihat Shahul Jam (4777) dan As-Silsilah Ash-Shoihah (3142.
7. Hadits shahih. Diriwayatkan oleh ibnu Majah 3846, Thabrani dalam Al-Ausath (8371) dan Al-Mu’jamul Kabir (7758, 7925), Hakim (1861, 1866), Thahawi (176), dan Baihaqi dalam Al-Asma’ wash-Shifat (27) yang berasal dari hadits Abu Umamah Al-Bahill. Syaikh Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Shabibul Jami’ (979).
8. Hadits shahih. Diriwayatkan Tirmidzi No. 3427, Nasa’i dalam Al-Kubra (10492), Baihaqi dalam Al-Adab (762) dan dalam Syu’abul Iman (620), Hakim (1862), dan Bazzar (1163) dari hadits Sa’ad bin Abi Waqash. Syaikh Albani mengatakan shahih Lihat Shohibul Jami” (3383) dan Al-Kalimuth Thayyib (123).
9. Hadits shahih. Diriwayatkan oleh Ahmad 1583, Nasa’i dalam Al-Kubro (10492), Hakim (1864), dan Ibnu Abidunya dalam Al-Farj (33) dari hadits Salad bin Abi Waqash. Syaikh Albani menyatakan shahih. Lihat Shahihul Jami’ (2605).
10. Hadits shahih. Diriwayatkan oleh Bukhari 5870, Muslim 4909, dan Ahmad 1908, dari hadits Ibnu Abbas. Syaikh Albani menyatakan shahih. Lihat Shahihul Jami (4940).
11. Hadits shahih. Dirwayatkan oleh Ahmad No. 663, Ibnu Majah No. 3873, Nasa’i dalam Al-Kubra (10465), Ahmad (701), Ibnu Hiban (866), Hakim (1873), Baihaqi dalam Syu’abul Iman (6140), dan Thabrani dalam Ad-Du’a (1012) dari hadits Ali bin Abi Thalib Hadits ini dinilai shahih oleh Syaikh Albani. Lihat Shahihul Adzkár (480) dan Shobihul Maworld (2371).