Orang yang Melupakan Kematian Akan Diganjar Tiga Hal
Orang yang Melupakan Kematian Akan Diganjar Tiga Hal:
1. Menunda taubat.
2. Tidak menerima apa adanya.
3. Malas beribadah.
Pernahkah Anda memikirkan suatu ketika Anda mati dan beralih dari tempat Anda ? Ketika Anda dipindahkan dari tempat yang lapang menuju tempat yang sempit, dikhianati oleh teman dan kawan, ditinggalkan saudara dan sahabat, dipindahkan dari kasur dan selimut menuju tempat lusuh, Anda ditutupi tanah dan debu setelah sebelumnya Anda berselimut lembut. Wahai Anda yang sibuk mengumpulkan harta, serius membangun rumah, demi Allah hanya kain kafanlah harta Anda sebenarnya, semua itu demi Allah akan lenyap dan sirna, jasad Anda akan menjadi milik tanah. Mana harta yang Anda kumpulkan itu, bisakah harta Anda menyelamatkan dari huru hara yang mengerikan ? Tidak, bahkan semua harta Anda akan Anda tinggalkan untuk orang yang tidak memuji Anda, sementara Anda datang membawa dosa-dosa orang yang tidak memaafkan Anda.
LARANGAN MENGHARAP MATI SAAT TERTIMPA MARABAHAYA
Diriwayatkan dari Anas, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:
لَا يَتَمَنَّيَنَّ أَحَدُكُمْ الْمَوْتَ مِنْ ضُرٍّ أَصَابَهُ فَإِنْ كَانَ لَا بُدَّ فَاعِلًا فَلْيَقُلْ اللَّهُمَّ أَحْيِنِي مَا كَانَتْ الْحَيَاةُ خَيْرًا لِي وَتَوَفَّنِي إِذَا كَانَتْ الْوَفَاةُ خَيْرًا لِي.
“Janganlah salah seorang dari kalian mengharapkan kematian karena musibah yang menimpanya, kalau memang hal itu harus, hendaknya ia mengatakan; Ya Allah, hidupkanlah aku jika kehidupan itu baik untukku, dan matikanlah aku jika kematian itu baik bagiku.” (HR. Bukhari No. 5239)¹
Juga diriwayatkan dari Anas, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:
لَا يَتَمَنَّى أَحَدُكُمْ الْمَوْتَ وَلَا يَدْعُ بِهِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَهُ إِنَّهُ إِذَا مَاتَ أَحَدُكُمْ انْقَطَعَ عَمَلُهُ وَإِنَّهُ لَا يَزِيدُ الْمُؤْمِنَ عُمْرُهُ إِلَّا خَيْرًا.
”Janganlah seseorang mengharapkan kematian dan janganlah meminta mati sebelum datang waktunya. Karena orang yang mati itu amalnya akan terputus, sedangkan umur seorang mukmin tidak akan bertambah melainkan menambah kebaikan.” (HR. Muslim hadits No. 4843)²
Syaikh Ibnu Utsaimin menjelaskan, tidak apa-apa mengharapkan kematian karena khawatir agama seseorang terkena fitnah, namun bila tertimpa suatu musibah, hukumnya tidak boleh mengharap kematian. Pernyataan seperti ini keliru dan bodoh dari sisi akal dan sesat dari sisi agama.
Alasan kenapa bodoh dari sisi akal adalah karena bila seseorang tetap hidup dan berbuat baik, kebaikannya akan semakin bertambah, sementara bila perbuatannya buruk maka diharapkan kembali dan bertaubat kepada Allah Azza Wa Jalla, sementara bila kita mati tidak akan tahu seperti apa kondisinya, tidak menutup kemungkinan kita mati dalam keadaan su’ul khatimah, semoga Allah Azza Wa Jalla melindungi kita semua. Karena itu kami katakan, jangan mengharap mati karena itu adalah tindakan bodoh dari sisi akal.
Alasan kenapa sesat dari sisi agama adalah karena melanggar larangan nabi ﷺ. Berkenaan dengan fitnah yang menimpa agama, bila seseorang terkena fitnah dari sisi agama, entah karena perhiasan dan keindahan dunia atau karena fitnah lain, atau karena pikiran- pikiran rusak, aliran-aliran menyimpang dan lain sebagainya, untuk hal-hal semacam ini juga tidak dibolehkan seseorang mengharapkan kematian.
Hanya saja dianjurkan untuk berdoa: “Ya Allah, wafatkan aku tanpa terkena musibah.” Memohon kepada Allah Azza Wa Jalla agar diberi keteguhan hati atau diwafatkan tanpa terkena musibah, dan jika tidak seperti itu hendaknya bersabar, sebab bisa jadi tetap bertahan dengan fitnah yang ada akan menjadi kebaikan bagi kaum muslimin, membela dan menolong kaum muslimin sehingga keberadaan mereka menguat, namun dianjurkan mengucapkan doa: “Ya Allah, bila engkau menghendaki siksa kepada hamba- hamba-Mu, wafatkanlah aku tanpa terkena siksa itu.”³
BARANGSIAPA SENANG BERTEMU ALLAH, MAKA ALLAH PUN SENANG BERTEMU DENGANNYA
Diriwayatkan dari Aisyah, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ أَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ كَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ فَقُلْتُ يَا نَبِيَّ اللَّهِ أَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ فَكُلُّنَا نَكْرَهُ الْمَوْتَ فَقَالَ لَيْسَ كَذَلِكِ وَلَكِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا بُشِّرَ بِرَحْمَةِ اللَّهِ وَرِضْوَانِهِ وَجَنَّتِهِ أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ فَأَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ وَإِنَّ الْكَافِرَ إِذَا بُشِّرَ بِعَذَابِ اللَّهِ وَسَخَطِهِ كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ وَكَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ.
“Barang siapa senang berjumpa dengan Allah, maka Allah pun senang berjumpa dengannya dan barang siapa yang benci berjumpa dengan Allah, maka Allahpun benci berjumpa dengannya.” Lalu aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah itu maksudnya juga benci kepada kematian, padahal setiap kita membenci kematian ?” Beliau bersabda, “Bukan begitu, tetapi seorang mukmin apabila telah diberi kabar gembira dengan rahmat dan ampunan Allah, ia senang berjumpa dengan Allah dan Allah pun senang berjumpa dengannya. Dan sesungguhnya orang kafir apabila telah diberi kabar dengan siksa Allah dan marah-Nya, maka ia benci berjumpa dengan Allah dan Allah pun benci berjumpa dengannya.” (HR. Muslim No. 4845)⁴
KEGELAPAN KUBUR
Diriwayatkan dari Abu Hurairah
أَنَّ امْرَأَةً سَوْدَاءَ كَانَتْ تَقُمُّ الْمَسْجِدَ أَوْ شَابًّا فَفَقَدَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَأَلَ عَنْهَا أَوْ عَنْهُ فَقَالُوا مَاتَ قَالَ أَفَلَا كُنْتُمْ آذَنْتُمُونِي قَالَ فَكَأَنَّهُمْ صَغَّرُوا أَمْرَهَا أَوْ أَمْرَهُ فَقَالَ دُلُّونِي عَلَى قَبْرِهِ فَدَلُّوهُ فَصَلَّى عَلَيْهَا ثُمَّ قَالَ إِنَّ هَذِهِ الْقُبُورَ مَمْلُوءَةٌ ظُلْمَةً عَلَى أَهْلِهَا وَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُنَوِّرُهَا لَهُمْ بِصَلَاتِي عَلَيْهِمْ.
Dan telah menceritakan kepadaku Abu Rabi’ Az Zahrani dan Abu Kamil Fudlail bin Husain Al Jahdari -dan lafazhnya milik Abu Kamil- keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Hammad, yaitu anaknya Zaid dari Tsabit Al Bunani dari Abu Rafi’ dari Abu Hurairah bahwa seorang wanita berkulit hitam atau seorang pemuda biasanya menyapu Masjid. Suatu ketika Rasulullah ﷺ kehilangan orang itu, sehingga beliau pun menanyakannya. Para sahabat menjawab, “Orang itu telah meninggal.” Beliau bersabda, “Kenapa kalian tidak memberitahukan kepadaku?” Sepertinya mereka menganggap remeh urusan kematiannya. Beliau pun bersabda, “Tunjukkanlah kepadaku di mana letak kuburannya.” Maka para sahabat pun menunjukkan kuburannya, dan akhirnya beliau mensalatkannya. Ssetelah itu, beliau bersabda, “Sesungguhnya kuburan-kuburan ini telah dipenuhi kegelapan bagi penghuninya. Dan Allah benar-benar akan memberikan mereka cahaya karena salat aku kerjakan atas mereka.” (HR. Muslim No. 1588)
Syaikh Ibnu Usaimin a menjelaskan ( كانت تقم المسجد) maksudnya membersihkan masjid dan membuang sampah yang ada di dalamnya. Ia meninggal dunia di malam hari lalu para sahabat menganggap sepele, mereka bilang: Kita tidak perlu memberitahukan kematiannya kepada nabi ﷺ di malam ini, mereka mengubur jenazahnya, lalu nabi ﷺ menanyakan orang tersebut, para sahabat menjawab: Ia sudah meninggal. Beliau Rasulullah ﷺ bersabda: “Kenapa kalian tidak memberitahukan padaku.” Maksudnya kenapa kalian tidak memberitahuku saat ia meninggal. Setelah itu beliau Rasulullah ﷺ bersabda: “Tunjukkan padaku di mana kuburnya. Mereka menunjukkan kuburan orang itu kepada Rasulullah ﷺ, beliau ﷺ menshalatinya setelah itu bersabda: Sungguh kubur ini sesak dan gelap bagi penghuninya, Allah Azza Wa Jalla menerangi kubur mereka karena doaku.⁵
Hadits ini mengandung banyak faedah:
1. Nabi ﷺ mengagungkan seseorang berdasarkan amal yang dilakukan dan yang biasa dikerjakan, seperti ketaatan dan ibadah.
2. Wanita boleh bertugas membersihkan masjid, pekerjaan ini tidak hanya dimonopoli kaum lelaki saja.
3. Membersihkan masjid dan menghilangkan sampah yang ada di dalam masjid disyariatkan.
4. Di antara faedah hadits ini, nabi ﷺ tidak mengetahui hal ghaib, karena itu beliau ﷺ bersabda: “Tunjukkan padaku di mana kuburnya.” Untuk hal-hal yang terlihat saja beliau ﷺ tidak tahu, berarti untuk yang ghaib tentu lebih tidak tahu, beliau ﷺ tidak mengetahui hal ghaib. Allah Azza Wa Jalla berfirman kepada beliau ﷺ :Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
قُلْ لَّاۤ اَقُوْلُ لَـكُمْ عِنْدِيْ خَزَآئِنُ اللّٰهِ وَلَاۤ اَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلَاۤ اَقُوْلُ لَـكُمْ اِنِّيْ مَلَكٌ ۚ اِنْ اَتَّبِعُ اِلَّا مَا يُوْحٰۤى اِلَيَّ ۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الْاَ عْمٰى وَا لْبَصِيْرُ ۗ اَفَلَا تَتَفَكَّرُوْنَ. (٥٠)
“Katakanlah (Muhammad), “Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan aku tidak mengetahui yang gaib dan aku tidak (pula) mengatakan kepadamu bahwa aku malaikat. Aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku.” Katakanlah, “Apakah sama antara orang yang buta dengan orang yang melihat? Apakah kamu tidak memikirkan(nya) ?”
(QS. Al-An’am 6: Ayat 50)
5. Faedah lain dari hadits ini adalah syariat shalat jenazah di atas makam bagi yang belum menshalati sebelum dimakamkan, karena itulah yang dilakukan nabi ﷺ, beliau ﷺ pergi lalu shalat di atas kubur orang tersebut karena beliau ﷺ belum menshalatinya sebelum jenazah tersebut dimakamkan. Hanya saja syariat ini hanya berlaku di masa Anda berada. Sementara orang yang sudah mati lama, tidak disyariatkan untuk dishalati. Karena itulah kita tidak disyariatkan untuk menshalati jenazah nabi ﷺ di atas kubur beliau, tidak juga shalat di atas makam Abu Bakar, Umar, Utsman atau sahabat lain, ataupun para ulama dan imam. Namun misalnya ada seseorang meninggal satu atau dua tahun kemarin lalu Anda ingin shalat jenazah di atas kuburnya karena Anda belum menshalatinya saat ia meninggal, hukumnya tidak apa-apa.
6. Faedah lain dari hadits ini adalah nabi ﷺ sangat memperhatikan umat, beliau ﷺ selalu menanyakan kondisi umat, masalah besar tidak membuat beliau ﷺ melupakan masalah-masalah kecil. Semua hal yang menyinggung kaum muslimin pasti ditanyakan Rasulullah ﷺ.
7. Faedah lain; boleh menanyakan sesuatu yang lazimnya bukan sebagai bentuk mengungkit-ungkit sesuatu, karena Rasulullah ﷺ “Tunjukkan padaku di mana kuburnya.”⁶
Diriwayatkan dari Anas bin Malik, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:
الْعَبْدُ إِذَا وُضِعَ فِي قَبْرِهِ وَتُوُلِّيَ وَذَهَبَ أَصْحَابُهُ حَتَّى إِنَّهُ لَيَسْمَعُ قَرْعَ نِعَالِهِمْ أَتَاهُ مَلَكَانِ فَأَقْعَدَاهُ فَيَقُولَانِ لَهُ مَا كُنْتَ تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَقُولُ أَشْهَدُ أَنَّهُ عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ فَيُقَالُ انْظُرْ إِلَى مَقْعَدِكَ مِنْ النَّارِ أَبْدَلَكَ اللَّهُ بِهِ مَقْعَدًا مِنْ الْجَنَّةِ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَرَاهُمَا جَمِيعًا وَأَمَّا الْكَافِرُ أَوْ الْمُنَافِقُ فَيَقُولُ لَا أَدْرِي كُنْتُ أَقُولُ مَا يَقُولُ النَّاسُ فَيُقَالُ لَا دَرَيْتَ وَلَا تَلَيْتَ ثُمَّ يُضْرَبُ بِمِطْرَقَةٍ مِنْ حَدِيدٍ ضَرْبَةً بَيْنَ أُذُنَيْهِ فَيَصِيحُ صَيْحَةً يَسْمَعُهَا مَنْ يَلِيهِ إِلَّا الثَّقَلَيْنِ.
“Apabila jenazah sudah diletakkan di dalam kuburnya, sementara teman-temannya sudah berpaling dan pergi meninggalkannya, ia benar-benar dapat mendengar langkah sandal-sandal mereka. Kemudian datang kepadanya dua Malaikat yang akan mendudukkannya seraya berkata, “Apa yang tanggapanmu mengenai lelaki ini, Muhammad ﷺ?” Lantas jenazah itu menjawab, “Aku bersaksi bahwa dia adalah hamba Allah dan utusan-Nya.” Kemudian dikatakan kepadanya, “Lihatlah tempat dudukmu di neraka yang mana Allah telah menggantikan untukmu dengan tempat duduk di surga.” Nabi ﷺ melanjutkan sabdanya, “Maka ia dapat melihat keduanya.” Adapun (jenazah) orang kafir atau munafik akan menjawab, “Aku tidak tahu, aku hanya mengikuti apa yang dikatakan kebanyakan orang.” Maka dikatakan kepadanya, “Kamu tidak mengetahuinya dan tidak mengikuti orang yang mengerti.” Lantas ia dipukul dengan palu godam besar yang terbuat dari besi di antara kedua telinganya sehingga ia berteriak kencang yang dapat didengar oleh siapapun yang ada di sekelilingnya kecuali dua golongan, (yaitu jin dan manusia).” (HR. Bukhari hadits No. 1252)⁷
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan dalam Al- Aqidah al-Wasithiyyah, Berkenaan dengan fitnah kubur, setiap orang ditanyai di dalam kubur: Siapa Rabbmu? Apa agamamu? Siapa nabimu? “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.” (QS. Ibrahim: 27)
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
يُثَبِّتُ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِا لْقَوْلِ الثَّا بِتِ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَفِى الْاٰ خِرَةِ ۚ وَيُضِلُّ اللّٰهُ الظّٰلِمِيْنَ ۗ وَيَفْعَلُ اللّٰهُ مَا يَشَآءُ. ( ٢٧)
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh (dalam kehidupan) di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.”(QS. Ibrahim 14: Ayat 27)
Orang mukmin menjawab: Rabbku Allah, agamaku Islam dan Muhammad adalah nabiku. Sementara orang yang ragu (munafik atau orang kafir), ia menjawab: Aa, aa, aku tidak tahu. Dulu aku mendengar orang mengatakan sesuatu lalu aku tiru. Ia kemudian dipukul palu besi, ia berteriak kencang, suaranya terdengar oleh segala sesuatu kecuali manusia, andai manusia mendengarnya pasti pingsan.
Syaikh Ibnu Utsaimin menjelaskan, fitnah kubur adalah ujian. Yang dimaksud fitnah kubur adalah pertanyaan yang diajukan kepada si mayit saat dikubur, ditanya tentang siapa Rabb, agama dan nabinya.
Zaman kian berdekatan (cepat berlalu) dan pasar-pasar saling berdekatan.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:
لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَتَقَارَبَ الزَّمَانُ فَتَكُونُ السَّنَةُ كَالشَّهْرِ وَالشَّهْرُ كَالْجُمُعَةِ وَتَكُونُ الْجُمُعَةُ كَالْيَوْمِ وَيَكُونُ الْيَوْمُ كَالسَّاعَةِ وَتَكُونُ السَّاعَةُ كَالضَّرَمَةِ بِالنَّارِ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ مِنْ هَذَا الْوَجْهِ وَسَعْدُ بْنُ سَعِيدٍ هُوَ أَخُو يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ.
“Kiamat tidak akan terjadi sampai waktu terasa pendek (ringkas), satu tahun menjadi seperti satu bulan, satu bulan menjadi seperti satu Jumat, satu Jumat menjadi seperti satu hari, satu hari menjadi seperti sesaat dan sesaat menjadi seperti sambaran api.”( HR. Tirmidzi No. 2254)⁹
Juga dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah bersabda:
لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقْبَضَ الْعِلْمُ وَتَكْثُرَ الزَّلَازِلُ وَيَتَقَارَبَ الزَّمَانُ وَتَظْهَرَ الْفِتَنُ وَيَكْثُرَ الْهَرْجُ وَهُوَ الْقَتْلُ الْقَتْلُ حَتَّى يَكْثُرَ فِيكُمْ الْمَالُ فَيَفِيضَ.
“Tidak akan terjadi hari Kiamat, melainkan setelah hilangnya ilmu, banyak terjadi gempa, waktu seakan berjalan dengan cepat, timbul berbagai macam fitnah, maraknya pembunuhan dan harta melimpah ruah kepada kalian.” (HR. Bukhari No. 978, Muslim No. 4827, Ahmad No. 10443, 10306)¹⁰
Juga dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah bersabda:
يَتَقَارَبُ الزَّمَانُ وَيَنْقُصُ الْعَمَلُ وَيُلْقَى الشُّحُّ وَيَكْثُرُ الْهَرْجُ قَالُوا وَمَا الْهَرْجُ قَالَ الْقَتْلُ الْقَتْلُ.
“Zaman semakin dekat, amalan kian berkurang, kekikiran semakin banyak dan al Harj semakin merajalela.” Mereka bertanya, “Apakah al Harj itu? Beliau menjawab, “Pembunuhan, pembunuhan.” (HR. Bukhari No. 5577, 6537, Muslim No. 4287, Abu Daud No. 3713, Ibnu Majah No. 4042, Ahmad No. 6889)¹¹
Imam Ibnu Hajar menjelaskan, kandungan hadits sudah terjadi di zaman kita sekarang, kita rasakan cepatnya hari demi hari berlalu, tidak seperti pada masa sebelum kita. Maksudnya, berkah dicabut dari segala sesuatu hingga berkah zaman, dan itu merupakan salah satu tanda-tanda dekatnya kiamat.¹²
Diriwayatkan Oleh :
1. Riwayat Al Bukhari No. 5239, Muslim No. 4840.
2. Riwayat Muslim, No. 4843.
3.Syarh Riyadhush Shalihin, Syaikh Ibnu Utsaimin, 2/331-333.
4. Riwayat Muslim No. 4845, Bukhari No. 6026.
5. Riwayat Muslim No. 1588, Ahmad No. 8676, hadits ini juga disebut dalam Shaih Al – Bukhari, 1/460, hanya saja tidak menyebut sabda : “Sungguh kubur kubir ini.”
6. Syarh Riyadhus Shalihin, 2/44-46, secara ringkas.
7. Riwayat Bukhari No. 1252, 1285, Muslim No. 5115, 5116, Nasa’i No. 2023.
9. Riwayat Tirmidzi No. 2254, Ahmad No. 10521.
10. Riwayat Al – Bukhari No. 978, Muslim No. 4827, Ahmad No. 10443, 10306.
11. Riwayat Al – Bukhari No. 5577, 6537, Muslim No. 4827, Abu Daud No. 3713, Ibnu Majah No. 4042, Ahmad No. 6889.
12. Fathul Bahri, 13/16.